PROFIL KAWASAN
Kawasan ini termasuk dalam kelompok hutan Gunung Batukahu (RTK.4) yang telah ditetapkan sebagai hutan tutupan berdasarkan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda tanggal 29 Mei 1927 No.28 terhadap kawasan hutan ini telah dilakukan penataan batas sebagai hutan wisata dengan pal batas melalui HW.1 sampai dengan HW.376, dimana di dalamnya terdapat enclave seluas 8 hektar.
Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 144/Kpts-11/1996 tanggal 4 April 1996, tentang Penetapan sebagian kawasan Hutan Batukahu (RTK.4) yang terletak di Kabupaten Dati II Tabanan dan Kabupaten Dati II Buleleng, Propinsi Dati I Ball, seluas 1.336,50 Ha sebagai Taman Wisata Alam Danau Buyan-Danau Tamblingan.
Surat Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Propinsi Bali Nomor 140/Kwl-5/1997 tanggal 22 Januari 1997 tentang Penetapan sebagian kawasan hutan Batukau (RTK.4) sebagai Taman Wisata Alam. Disebutkan bahwa luas kawasan TWA Danau Buyan-Danau Tamblingan adalah 1.703 Ha termasuk Danau Buyan dan Danau Tamblingan
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.2847/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 16 April 2014 tentang Penetapan Kawasan Hutan pada Kelompok Hutan Gunung Batukau (RTK.4) seluas 15.102,90 Ha di Kabupaten Buleleng, Kabupaten Badung dan Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Luas TWA Danau Buyan-Danau Tamblingan adalah 1.847,38 Hektar.
Luas Kawasan : 1.847,38 Hektar HA
Letak Kawasan : Kab. Buleleng dan Kab. Tabanan
Latitude / Longitude : -8.251437 / 115.131150
SK : SK.2847/Menhut-VII/KUH/2014 (16 April 2014)
Peta SK : Unduh File
Personil :
POTENSI KAWASAN
Flora
Jenis flora yang dapat dijumpai di kawasan TWA Danau Buyan-Danau Tamblingan, antara lain :
TWA Danau Buyan-Danau Tamblingan juga memiliki potensi jenis tumbuhan berkhasiat obat, antara lain: Alang-alang (Imperata cylindrica), Anggrung/Lenggung (Trema orientalis), Anting-anting (Acalypha australis), Bandotan (Ageratum conyzoides), Cakar ayam (Selaginella doederleiniihieron), Cemplonan (Drymaria cordata), Daun sendok (Plantago mayor), Jombang (Taraxacum mongolicum), Kapulaga (Amomum compactum), Lempuyang gajah (Zingiber zerumbet), Paku simpai (Cibotium barametz), Patikan kebo (Euphorbia hirta), Pecut Kuda (Stachytarpheta jamaicensis), Pegagan/Tapal Kuda (Centella asiatica), Semanggi Gunung (Hydrocotyle sibthorpioides), sembung (Blumea balsamifera), Senggani (Melastoma candidum), Sisik naga (Drymoglossum piloselloides), Suruhan (Peperomia pellucida), Tapak Liman (Elephantopus scaber), Teki (Cyperus rotundus), Tembelekan/Kerasi (Lantana camara), Tempuyung (Sonchus arvensis), Widosari (Ipomoea digitata).
Jenis-jenis tumbuhan tersebut di atas diketahui memiliki khasiat obat berdasarkan studi literatur dan informasi dari masyarakat sekitar kawasan yang memanfaatkannya sebagai obat tradisional.
Fauna
Jenis fauna yang terdapat di TWA Danau Buyan-Danau Tamblingan adalah sebagai berikut :
Mandar Batu (Gallinula chloropus), Mandar Hitam (Fulica atra), Blekok (Ardeola speciosa), Elang Tikus (Elanus caeruleus), Burung Hantu (Ordo Strigiformes), Sriti (Collocalia esculenta), Kuntul (Egretta sp.), Kepodang (Oriolus chinensis), Raja Udang (Alcedo coerulescens), Tekukur (Streptopelia chinensis), Cerukcuk (Pycnonotus goiavier), Bubut (Centropus sp.), Cekakak sungai (Todirhamphus chloris), Tohtor (Megalaima armillaris), Pipit (Lonchura punctulata), Kejeling, Kutilang (Pycnonotus aurigaster), Prenjak (Prinia familiaris), Pelatuk (Fam. Picidae), Sesap Madu (Fam. Nectariniidae), Kacamata Gunung (Zosterops montanus), Punai (Treron sp.), dll.
Ular, Kadal (Mabouya multifasciata), Katak, Biawak (Varanus salvator).
Trenggiling (Manis javanica), Jelarang (Ratufa bicolor), Landak (Hystrix sp.), Kijang (Muntiacus muntjak).
Kupu-kupu (Ordo Lepidoptera), Capung, Kumbang (Ordo Coleoptera), Lebah (Apis sp.), Penggerek (Scirpophaga sp.), Semut (Fam. Formicidae), dan Belalang.
lkan Mujaer (Oreochromis mossambicus), Tawes (Barbonymus gonionotus), Karper, Nila, Keong Mas, Lele, Keong, Kijing, dan Belut.
PETA KAWASAN
PROFIL KAWASAN
Berdasarkan Keputusan Dewan Raja Raja Nomor 28 Sub B.c.3 dan 4 tanggal 29 Mei 1927, kawasan hutan di Gunung Batur Bukit Payang ditunjuk sebagai Kawasan Hutan. Pada 9 Agustus 1933, dilakukan pemancangan batas.
Kemudian pada 15 Desember 1933 dilakukan pengukuhan batas dan disahkan oleh lnspektur Kehutanan pada 19 Maret 1934 di Bogar.
Berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK), kawasan HW Gunung Batur Bukit Payang berfungsi sebagai Hutan Wisata berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 821/Kpts/Um/11/1982 tanggal 10 Nopember 1982 dengan luas ±2.075 Ha. Kawasan ini termasuk ke dalam Register Tanah Kehutanan (RTK) 7 Gunung Batur Bukit Payang.
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.204/Menhut-II/2014 tanggal 03 Maret 2014 tentang Penetapan Kelompok Hutan Gunung Batur-Bukit Payang (RTK.7) seluas 2.528 Ha dengan Fungsi Kawasan TWA seluas 2.075 Ha dan Kawasan Hutan Produksi Terbatas seluas 453 Ha, yang terletak di Kabupaten Bangli, Provinsi Bali.
Luas Kawasan : 2.075 Hektar HA
Letak Kawasan : Kab. Bangli
Latitude / Longitude : -8.241706 / 115.379317
SK : SK.204/Menhut-II/2014 (3 Maret 2014)
Peta SK : Unduh File
Personil :
POTENSI KAWASAN
Flora
Jenis flora yang dapat dijumpai di kawasan TWA Danau Buyan-Danau Tamblingan, antara lain :
Fauna
Alap-alap (Falco moluccensis), Ayam hutan merah (Gallus gallus), Beluk ketupa (Ketupa ketupu), Bentet kelabu (Lanius schach), Bandai jawa (Lonchura leucogastroides), Bandai peking (Lonchura punctulata), Gereja (Passer montanus), Cabai jawa (Oicaeum trochileum), Cabak kota (Caprimulgus affinis), Caladi ulam (Oendrocopos macei), Cekakak sungai (Todiramphus chloris), Cerukcuk (Pycnonotus goiavier), Cica kopi melayu (Pomatorhinus montanus), Tepus pipi perak (Stachyris melanotorax), Cica koreng jawa (Megalurus palustris), Perenjak jawa (Prinia familiaris), Cipoh kacat (Aegithina tiphia), Decu belang (Saxicola torquata), Meninting besar (Enicurus leschenaulti), Elang bido (Spilornis cheela), Elang berontok (Nisaetus cirrhatus), Gelatik batu (Parus major), Gemak loreng (Turnix suscitator), Gemak tegalan (Turnix sylvatica), lsap madu (Lichmera limbata), Jingjing batu (Hemipus hirudinaceus), Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus), Kepodang (Oriolus chinensis), Layang layang api (Hirundo rustica), Madu sriganti (Nectarinia jugularis), Punai gading (Treron vernans), Tekukur (Streptopellia chinensis), Sikatan bodoh (Ficedula westermanni), Takur (Megalaima sp.), Walet sapi (Collocalia esculenta), Wiwik uncuing (Cuculus sepulcralis).
PETA KAWASAN
PROFIL KAWASAN
Kawasan ini ditunjuk sebagai hutan kekeran oleh raja-raja Bali dan dipangku oleh masyarakat desa di sekitar, terutama masyarakat Desa Buahan. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan hutan (boshce reserve) merupakan bagian dari kompleks hutan Penulisan yang berdasarkan Besluit Gubernur Belanda tanggal 29 Mei 1927 seluas ± 540 Ha. Luas kawasan TWA Panelokan berdasarkan SK Mentan No. 655/Kpts/Um/10/1978 tanggal 25 Oktober 1978 seluas 540 Ha, sedangkan luas definitif sesuai dengan hasil pengukuran oleh Sub Biphut Singaraja tahun 1982 menjadi 574,275 Ha. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.2846/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 16 April 2014 tentang Penetapan Kawasan Hutan pada Kelompok Hutan Gunung Abang Agung (RTK.8) seluas 14.857,17 Ha di Kabupaten Bangli dan Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali. Luas TWA Panelokan adalah 574,27 Hektar.
Luas Kawasan : 574,27 Hektar HA
Letak Kawasan : Kab. Bangli
Latitude / Longitude : -8.284553 / 115.364858
SK : SK.2846/Menhut-VII/KUH/2014 (16 April 2014)
Peta SK : Unduh File
Personil :
POTENSI KAWASAN
Flora
Berdasarkan hasil lnventarisasi Potensi tahun 2006 oleh Balai KSDA Bali dapat diketahui bahwa tanaman yang ada, merupakan Hutan Tanaman tahun 1964 sampai 1978, dengan jenis tanaman Ampupu (Eucalyptus urophylla), Puspa (Schima noronhae), Albisia (Albizia falcataria) dan Akasia (Acacia decurrens), walaupun dapat dijumpai tegakan alam yaitu Cemara Gunung (Casuarina junghuhniana) namun jumlahnya sangat sedikit dan tumbuh secara sporadis pada lokasi-lokasi yang sulit dicapai. Tanaman Pinus (Pinus merkusii) yang ditanam pada tahun 1966/1967 merupakan tanaman yang berasal dari permudaan pohon-pohon induk yang ditanam pada masa Hindia Belanda, tetapi karena adanya bencana alam gunung meletus, maka permudaan tersebut tidak banyak jumlahnya.
Pada blok-blok tanaman dimana tanaman campuran yang terdiri jenis Pinus (Pinus merkusii), Ampupu (Eucalyptus urophylla) dan Puspa (Schima noronhae). Pada areal sekitar enklave sampai ke a rah perbatasan Desa Suter terlihat dominasi tegakan Ampupu dengan diameter yang bervariasi diantara tegakan Pi nus dan Puspa.
Fauna
Dari hasil perjumpaan satwa mamalia terdiri dari:
Kijang (Muntiacus muntjak), Landak (Hystrix javanica) serta Trenggiling (Manis javanica). Sedangkan jenis aves yang dijumpai seperti Elang Laut (Haliaeetus leucogaster), Elang Brontok (Spizaetus cirrhatus), Ayam Hutan (Gallus sp), Tekukur (Streptopeliachinensis), Prenjak (Prinia familiaris), Kepodang (Oriolus chinensis).
PETA KAWASAN
PROFIL KAWASAN
Sebelumnya lebih dikenal dengan nama Obyek Kera Bukit Sari Sangeh yang di dalam kawasannya terdapat Pura peninggalan Kerajaan Mengwi abad XVII. Dalam perkembangannya Sangeh menjadi salah satu obyek wisata tertua di Bali.
Berdasarkan surat penetapan Gubernur Jenderal Hindia Belanda nomor 90 tanggal 21 Pebruari 1919, kelompok hutan Sangeh seluas 9,8 Ha, sebagai Cagar Alam (Natuurmonumenten).
Berdasarkan hasil pengukuran dan penataan batas oleh Balai Planologi Kehutanan Wilayah IV Nusa Tenggara pada tanggal 31 Juli 1979 diperoleh luas definitif atas Cagar Alam Sangeh seluas 10,8 Ha.
§ Berdasarkan berita acara tata batas tambahan Cagar Alam Sangeh (RTK.21) tanggal 19 Mei 1990 diperluas dengan menambahkan lahan kompensasi dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) seluas 3, 169 Ha, sehingga luas CagarAlam Sangeh menjadi 13,969 Ha.
Berdasarkan surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 87/Kpts-11/93 tanggal 16 Pebruari 1993, tentang perubahan fungsi Cagar Alam Sangeh yang terletak di Kabupaten Badung, Propinsi Bali, seluas 13,969 Ha menjadi Taman Wisata Alam Sangeh.
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.203/Menhut-II/2014 tanggal 03 Maret 2014 tentang Penetapan Kawasan Taman Wisata Alam Sangeh (RTK.21) seluas 13,91 Ha di Kabupaten Badung, Provinsi Bali.
Luas Kawasan : 13,91 Hektar HA
Letak Kawasan : Kab. Badung
Latitude / Longitude : -8.481227 / 115.208712
SK : SK.203/Menhut-II/2014 (3 Maret 2014)
Peta SK : Unduh File
Personil :
POTENSI KAWASAN
Flora
Jenis flora yang mendominasi dan khas di TWA Sangeh adalah tegakan Pala (Dipterocarpus trinervis). Jenis flora lain yang bisa ditemukan di kawasan ini di antaranya Beringin (Ficus sp.), Nyamplung/Camplung (Callophyllum inophyllum), Mundeh (Garcinia celebica), Basa-Basa (Clausena anisata), Udu (Litsea sp.), Julut (Litsea glutinosa), Cempaka Kuning (Miche/ia champaca), Cempaka (Michelia alba), Juwet (Syzygiun cumim), Anggrek (Eria sp.), Buni (Antidesma bunius), Mahoni (Swietenia macrophylla), Majegau (Dysoxylum densiflorum), Pule (Alstonia scholaris), Lempeni (Ardesia humilis), Keruwak (lpomoea alba), Bergiding (Hiptage benghalensis), Purnajiwa (Euchresta horsfieldii), Brun Pron (Anamirta cocculus), Saga/Wengkal (Adenanthera pavonina), Kewaluh (Corymborchis veratrifolia), Peji (Pinanga coronata), Peradangan (Piper caninum), Teket bukal (Zyzyphus horsfielddii), dll.
Fauna
Jenis satwa liar yang mendominasi di TWA Sangeh adalah Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) dengan populasi ± 600 ekor yang terbagi menjadi 3 kelompok. Satwa liar lainnya yang dapat dijumpai di dalam kawasan maupun di sekitar kawasan beberapa di antaranya :
Mandar Batu (Gallinula chloropus), Mandar Hitam (Fulica atra), Blekok (Ardeola speciosa), Elang Tikus (Elanus caeruleus), Burung Hantu (Ordo Strigiformes), Sriti (Collocalia esculenta), Kuntul (Egretta sp.), Kepodang (Oriolus chinensis), Raja Udang (Alcedo coerulescens), Tekukur (Streptopelia chinensis), Cerukcuk (Pycnonotus goiavier), Bubut (Centropus sp.), Cekakak sungai (Todirhamphus chloris), Tohtor (Megalaima armillaris), Pipit (Lonchura punctulata), Kejeling, Kutilang (Pycnonotus aurigaster), Prenjak (Prinia familiaris), Pelatuk (Fam. Picidae), Sesap Madu (Fam. Nectariniidae), Kacamata Gunung (Zosterops montanus), Punai (Treron sp.), dll.
Musang (Paradoxurus hermaphroditus), Tupai kekes (Tupaia javanica), Kucing hutan (Felis bengalensis), Kelelelawar (Pteropus edulis), dll.
Tokek (Gecko gecko), Kadal (Mabouya multifasciata), dll.
Kupu-Kupu (Ordo Lepidoptera), dll
Kodok (Bufo sp.), dll.
Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di TWA Sangeh seolah-olah berada di kerajaan mereka sendiri, berkelompok dan masing-masing kelompok memiliki seekor pemimpin. Pemimpin kelompok hidup di wilayah yang paling luas. Peraturan di kelompok mirip kerajaan manusia, misalnya pemimpin kelompok harus diutamakan dalam pembagian makanan, kawin dan sebagainya.
Lainnya
Pura adalah tempat suci untuk memuja Hyang Widhi Wasa dalam segala Prabawa (manifestasi-NYA) dan Atma Sidha Dewata (Roh Suci Leluhur). Di samping dipergunakan istilah Pura untuk menyebut tempat suci atau tempat pemujaan, dipergunakan juga istilah Kahyangan atau Parhyangan.
Pura adalah tempat suci umat Hindu yang berfungsi sebagai tempat pemujaan Hyang Widhi Wasa dalam segala Prabawa-NYA (manifestasi-NYA) dan atau Atma Sidha Dewata (Roh Suci Leluhur) dengan sarana upacara yadnya sebagai perwujudan dari Tri Marga.
Pura Bukit Sari, terletak agak di tengah pada bagian Baral. Menurut Parisada Hindu Dharma Indonesia, terdapat 36 bangunan suci di kawasan TWA ini. Hulan pala di Desa Sangeh tidak bisa dipisahkan dengan keberadaan Pura Bukit Sari yang berada di tengah hutan pala tersebut.
Hutan pala ini disebut Bukit Sari, meskipun daerah di mana pohon pala itu tumbuh berupa dataran saja bukan bukit. Dalam bahasa Sansekerta kata “pala” artinya melindungi, sedangkan kata “phala” artinya buah.
Adanya Pura Bukit Sari di hutan pohon pala Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung ini diceritakan secara mitologis dalam Lontar Babad Mengwi.
Pura Melanting terletak di dalam kawasan, ± 200 m sebelah timur Pura Bukit Sari. Komplek pura ini terdiri dari beberapa bangunan,dengan bangunan berupa “Meru” tingkat tiga.
Pura Tirtha, terletak di tepi jalan raya Denpasar• Petang dan di sebelah Timur kawasan TWA Sangeh. Pura ini terdiridari satu pelinggih yang berbentuk tugu.
Pura Anyar terletak di sebelah tenggara kawasan, merupakan pengembangan dari Pura Batan Pule yang terletak di bawah pohon Pule. Komplek pura ini terbagi dalam dua bagian, yaitu bagian luar untuk mempersiapkan sesaji danbagian “jero” yang terdiri dari tiga bangunan yang merupakan pusat dari Kelompok Pura Anyar.
Upacara keagamaan dan Dewa Yadnya, Pitra Yadnya dan Manusia Yadnya dengan jenis atraksi kesenian tradisional seperti seni tari, seni gamelan dan seni suara (kekawin). Keberadaan bangunan pura yang merupakan tempat peribadatan umat Hindhu, menjadi daya tarik wisatawan terutama wisatawan mancanegara yang tertarik dengan budaya Hindhu Bali.
PETA KAWASAN
PROFIL KAWASAN
Pada masa pemerintahan Gubernur Hindia Belanda, Kelompok Hulan Goenoengbatoekaoe beserta hutan lindungnya ditetapkan sebagai kawasan hutan yang mempunyai fungsi perlindungan tanah dan air (hidroorology reserve) dengan luas 15.153,28 Ha, melalui Surat Keputusan Gubernur Hindia Belanda Nomor 28 letter B sub.a.3 dan b.1, tanggal 29 Mei 1927 dan disahkan pada 23 Februari 1934.
Pada 19 Januari 1959, Pejabat Kepala Daerah Tingkat I Bali melalui Surat Keputusan Nomor 19/53/2/4 menetapkan Kelompok Hulan Gunung Batukahu menjadi Cagar Alam sebagai kawasan konservasi insitu seluas 1.524 Ha dan Kebun Raya Eka Karya sebagai kawasan konservasi eksitu seluas 45 Ha.
Pada 29 November 1974, Menteri Pertanian mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 716/Kpts/Um/11/1974 tentang Penunjukan Areal Hutan Batukahu Seluas 1.762,8 Ha yang Terletak di Kabupaten Tabanan Propinsi Bali Sebagai Cagar Alam, diberi nama Cagar Alam Batukahu I, Batukahu II dan Batukahu III.
Berdasarkan Peta Tata Batas CA Batukahu yang disahkah oleh Direktur Jenderal Kehutanan pada 3 Desember 1979, disebutkan bahwa CA Batukahu terdiri dari Gunung Tapak memiliki luas 810,40 Ha dengan ketinggian 1.807 m dpl, Gunung Pohen memiliki luas 388,20 Ha dengan ketinggian 2.069 m dpl, dan Gunung Lesung dengan luas 564,20 Ha serta ketinggian 1.860mdpl.
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.2847/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 16 April 2014 tentang Penetapan Kawasan Hutan pada Kelompok Hutan Gunung Batukau (RTK.4) seluas 15.102,90 Ha di Kabupaten Buleleng, Kabupaten Badung dan Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Luas kawasan CA Batukahu 1.773,80 Hektar.
POTENSI KAWASAN
Flora
Kawasan CA Batukahu memiliki tegakan alam cemara geseng (Casuarina junghuhniana) dan cemara pandak (Dacrycarpus imbricatus). Cemara geseng merupakan spesies asli Indonesia, keberadaan tegakan alam di CA Batukahu semakin memperkuat posisi CA yang ekosistemnya harus senantiasadijaga.
Jenis flora lainnya antara lain: Purnajiwa (Euchresta horsfieldit), Dapdap (Erythrina lithosperma), Plendo (Brassaiopsis sp.), Nasi-nasi (Symplocos fasciculata), Yeh-yeh (Saurauia pendula), Klampok (Syzygium densiflorum), Markisa (Passiflora edulis), Kasa-kasa/kapulaga (Amomum compactum), Bacem/begonia (Begonia spp.), Base/sirih (Piper betle), Rumput lateng (Urtica grandidentata), Lateng pohon (Laportea spp.), Sengene/bunga matahari (Helianthus annuus), Lempeni (Ardisia humilis), Sembung (Blumea balsamifera), Bratawali (Tinospora crispa), Pandan (Pandanus spp.), Uyah-uyah (Ficus quercifolia), Cabai jawa (Piper retrofractum), Kopi (Coffea sp.), Cermai (Phyllanthus acidus), Kedukduk/keduduk (Melastoma malabathricum), Terung belanda (Cyphomandra betacea), Pokak/takokak (Solanum torvum), Klerak (Sapindus rarak), Salam (Syzygium polyanthum), Lemasih (Hibiscus rosa-sinensis), Porang (Amorphophallus oncophyllus), Paku sayur (Oiplazium esculentum), Kaliandra (Calliandra callothyrus), Dadem/ara (Ficus racemosa; Ficus fistulosa), Jenggot resi (Usnea barbata), Puyang (Zingiber zerumbet), Gunggung/stroberi (Fragaria sp.), Seming (Pometia spp.), Paku pohon/lemputu (Cyathea latrebosa), Paku kidang (Dicksonia blumei), Lempuna (Cyathea contaminans), Paku sarang burung (Asplenium nidus), Paku pidpid (Nephrolepis sp.), Palem nyabah (Pinanga arinasaensis), Palem peji (Pinanga coronata), Tahlan (Oysoxylum spp.), Sampat (Meliosma ferruginea), Segang (Polyosma integrifolia), Anggrek (Vanda tricolor), Tiying (Bambusa sp.), Kepelan (Manglietia glauca), Ambengan (Imperata cylindrica), Rotan (Calamus sp.), Udu (Litsea velutina), Kerasi (Lantana camara), Juwet (Syzygium cumint), Hea (Ficus sp.), Bunut (Ficus benjamina), Belantih (Homalanthus giganteus), Samblung/daun ekor naga (Raphidophora pinnata), Paku (Selaginella sp.), Sente (Alocasia macrorrhizos), Lenggung (Trema orientalis), Kedaluman (Cyclea barbata), Kepasilan/benalu (Scurrula atropurpurea), Jelunut (Commersonia bartramia), dll.
Fauna
Kijang (Muntiacus munljak), Sugem (Ducula lacernulata), cekakak jawa (Halcyon cyanoventris), cekakak sungai (Todirhamphus chloris), raja udang biru (Alcedo coerulescens), Srigunting (Dicrurus sp.), Kadal (Mabouya sp.), Lalat hijau (Lucilia sericata), Tawon merah (Ordo Hymenoptera), Lebah (Apis sp.), Cerukcuk (Pycnonotus goiavier), Prenjak (Ordo Passeriformes), kupu-kupu (Ordo Lepidoptera), Sriti (Collocalia esculenta), Tupai (Tupaia javanica), Sesap madu (Fam. Nectariniidae), Landak (Hystrix sp.), Ayam hutan (Gallus sp.), Jangkrik (Fam. Gryllidae).
PETA KAWASAN