PROFIL KAWASAN
Kawasan ini termasuk dalam kelompok hutan Gunung Batukahu (RTK.4) yang telah ditetapkan sebagai hutan tutupan berdasarkan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda tanggal 29 Mei 1927 No.28 terhadap kawasan hutan ini telah dilakukan penataan batas sebagai hutan wisata dengan pal batas melalui HW.1 sampai dengan HW.376, dimana di dalamnya terdapat enclave seluas 8 hektar.
Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 144/Kpts-11/1996 tanggal 4 April 1996, tentang Penetapan sebagian kawasan Hutan Batukahu (RTK.4) yang terletak di Kabupaten Dati II Tabanan dan Kabupaten Dati II Buleleng, Propinsi Dati I Ball, seluas 1.336,50 Ha sebagai Taman Wisata Alam Danau Buyan-Danau Tamblingan.
Surat Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Propinsi Bali Nomor 140/Kwl-5/1997 tanggal 22 Januari 1997 tentang Penetapan sebagian kawasan hutan Batukau (RTK.4) sebagai Taman Wisata Alam. Disebutkan bahwa luas kawasan TWA Danau Buyan-Danau Tamblingan adalah 1.703 Ha termasuk Danau Buyan dan Danau Tamblingan
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.2847/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 16 April 2014 tentang Penetapan Kawasan Hutan pada Kelompok Hutan Gunung Batukau (RTK.4) seluas 15.102,90 Ha di Kabupaten Buleleng, Kabupaten Badung dan Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Luas TWA Danau Buyan-Danau Tamblingan adalah 1.847,38 Hektar.
Luas Kawasan : 1.847,38 Hektar HA
Letak Kawasan : Kab. Buleleng dan Kab. Tabanan
Latitude / Longitude : -8.251437 / 115.131150
SK : SK.2847/Menhut-VII/KUH/2014 (16 April 2014)
Peta SK : Unduh File
Personil :
POTENSI KAWASAN
Flora
Jenis flora yang dapat dijumpai di kawasan TWA Danau Buyan-Danau Tamblingan, antara lain :
TWA Danau Buyan-Danau Tamblingan juga memiliki potensi jenis tumbuhan berkhasiat obat, antara lain: Alang-alang (Imperata cylindrica), Anggrung/Lenggung (Trema orientalis), Anting-anting (Acalypha australis), Bandotan (Ageratum conyzoides), Cakar ayam (Selaginella doederleiniihieron), Cemplonan (Drymaria cordata), Daun sendok (Plantago mayor), Jombang (Taraxacum mongolicum), Kapulaga (Amomum compactum), Lempuyang gajah (Zingiber zerumbet), Paku simpai (Cibotium barametz), Patikan kebo (Euphorbia hirta), Pecut Kuda (Stachytarpheta jamaicensis), Pegagan/Tapal Kuda (Centella asiatica), Semanggi Gunung (Hydrocotyle sibthorpioides), sembung (Blumea balsamifera), Senggani (Melastoma candidum), Sisik naga (Drymoglossum piloselloides), Suruhan (Peperomia pellucida), Tapak Liman (Elephantopus scaber), Teki (Cyperus rotundus), Tembelekan/Kerasi (Lantana camara), Tempuyung (Sonchus arvensis), Widosari (Ipomoea digitata).
Jenis-jenis tumbuhan tersebut di atas diketahui memiliki khasiat obat berdasarkan studi literatur dan informasi dari masyarakat sekitar kawasan yang memanfaatkannya sebagai obat tradisional.
Fauna
Jenis fauna yang terdapat di TWA Danau Buyan-Danau Tamblingan adalah sebagai berikut :
Mandar Batu (Gallinula chloropus), Mandar Hitam (Fulica atra), Blekok (Ardeola speciosa), Elang Tikus (Elanus caeruleus), Burung Hantu (Ordo Strigiformes), Sriti (Collocalia esculenta), Kuntul (Egretta sp.), Kepodang (Oriolus chinensis), Raja Udang (Alcedo coerulescens), Tekukur (Streptopelia chinensis), Cerukcuk (Pycnonotus goiavier), Bubut (Centropus sp.), Cekakak sungai (Todirhamphus chloris), Tohtor (Megalaima armillaris), Pipit (Lonchura punctulata), Kejeling, Kutilang (Pycnonotus aurigaster), Prenjak (Prinia familiaris), Pelatuk (Fam. Picidae), Sesap Madu (Fam. Nectariniidae), Kacamata Gunung (Zosterops montanus), Punai (Treron sp.), dll.
Ular, Kadal (Mabouya multifasciata), Katak, Biawak (Varanus salvator).
Trenggiling (Manis javanica), Jelarang (Ratufa bicolor), Landak (Hystrix sp.), Kijang (Muntiacus muntjak).
Kupu-kupu (Ordo Lepidoptera), Capung, Kumbang (Ordo Coleoptera), Lebah (Apis sp.), Penggerek (Scirpophaga sp.), Semut (Fam. Formicidae), dan Belalang.
lkan Mujaer (Oreochromis mossambicus), Tawes (Barbonymus gonionotus), Karper, Nila, Keong Mas, Lele, Keong, Kijing, dan Belut.
PETA KAWASAN
PROFIL KAWASAN
Berdasarkan Keputusan Dewan Raja Raja Nomor 28 Sub B.c.3 dan 4 tanggal 29 Mei 1927, kawasan hutan di Gunung Batur Bukit Payang ditunjuk sebagai Kawasan Hutan. Pada 9 Agustus 1933, dilakukan pemancangan batas.
Kemudian pada 15 Desember 1933 dilakukan pengukuhan batas dan disahkan oleh lnspektur Kehutanan pada 19 Maret 1934 di Bogar.
Berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK), kawasan HW Gunung Batur Bukit Payang berfungsi sebagai Hutan Wisata berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 821/Kpts/Um/11/1982 tanggal 10 Nopember 1982 dengan luas ±2.075 Ha. Kawasan ini termasuk ke dalam Register Tanah Kehutanan (RTK) 7 Gunung Batur Bukit Payang.
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.204/Menhut-II/2014 tanggal 03 Maret 2014 tentang Penetapan Kelompok Hutan Gunung Batur-Bukit Payang (RTK.7) seluas 2.528 Ha dengan Fungsi Kawasan TWA seluas 2.075 Ha dan Kawasan Hutan Produksi Terbatas seluas 453 Ha, yang terletak di Kabupaten Bangli, Provinsi Bali.
Luas Kawasan : 2.075 Hektar HA
Letak Kawasan : Kab. Bangli
Latitude / Longitude : -8.241706 / 115.379317
SK : SK.204/Menhut-II/2014 (3 Maret 2014)
Peta SK : Unduh File
Personil :
POTENSI KAWASAN
Flora
Jenis flora yang dapat dijumpai di kawasan TWA Danau Buyan-Danau Tamblingan, antara lain :
Fauna
Alap-alap (Falco moluccensis), Ayam hutan merah (Gallus gallus), Beluk ketupa (Ketupa ketupu), Bentet kelabu (Lanius schach), Bandai jawa (Lonchura leucogastroides), Bandai peking (Lonchura punctulata), Gereja (Passer montanus), Cabai jawa (Oicaeum trochileum), Cabak kota (Caprimulgus affinis), Caladi ulam (Oendrocopos macei), Cekakak sungai (Todiramphus chloris), Cerukcuk (Pycnonotus goiavier), Cica kopi melayu (Pomatorhinus montanus), Tepus pipi perak (Stachyris melanotorax), Cica koreng jawa (Megalurus palustris), Perenjak jawa (Prinia familiaris), Cipoh kacat (Aegithina tiphia), Decu belang (Saxicola torquata), Meninting besar (Enicurus leschenaulti), Elang bido (Spilornis cheela), Elang berontok (Nisaetus cirrhatus), Gelatik batu (Parus major), Gemak loreng (Turnix suscitator), Gemak tegalan (Turnix sylvatica), lsap madu (Lichmera limbata), Jingjing batu (Hemipus hirudinaceus), Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus), Kepodang (Oriolus chinensis), Layang layang api (Hirundo rustica), Madu sriganti (Nectarinia jugularis), Punai gading (Treron vernans), Tekukur (Streptopellia chinensis), Sikatan bodoh (Ficedula westermanni), Takur (Megalaima sp.), Walet sapi (Collocalia esculenta), Wiwik uncuing (Cuculus sepulcralis).
PETA KAWASAN
PROFIL KAWASAN
Kawasan ini ditunjuk sebagai hutan kekeran oleh raja-raja Bali dan dipangku oleh masyarakat desa di sekitar, terutama masyarakat Desa Buahan. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan hutan (boshce reserve) merupakan bagian dari kompleks hutan Penulisan yang berdasarkan Besluit Gubernur Belanda tanggal 29 Mei 1927 seluas ± 540 Ha. Luas kawasan TWA Panelokan berdasarkan SK Mentan No. 655/Kpts/Um/10/1978 tanggal 25 Oktober 1978 seluas 540 Ha, sedangkan luas definitif sesuai dengan hasil pengukuran oleh Sub Biphut Singaraja tahun 1982 menjadi 574,275 Ha. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.2846/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 16 April 2014 tentang Penetapan Kawasan Hutan pada Kelompok Hutan Gunung Abang Agung (RTK.8) seluas 14.857,17 Ha di Kabupaten Bangli dan Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali. Luas TWA Panelokan adalah 574,27 Hektar.
Luas Kawasan : 574,27 Hektar HA
Letak Kawasan : Kab. Bangli
Latitude / Longitude : -8.284553 / 115.364858
SK : SK.2846/Menhut-VII/KUH/2014 (16 April 2014)
Peta SK : Unduh File
Personil :
POTENSI KAWASAN
Flora
Berdasarkan hasil lnventarisasi Potensi tahun 2006 oleh Balai KSDA Bali dapat diketahui bahwa tanaman yang ada, merupakan Hutan Tanaman tahun 1964 sampai 1978, dengan jenis tanaman Ampupu (Eucalyptus urophylla), Puspa (Schima noronhae), Albisia (Albizia falcataria) dan Akasia (Acacia decurrens), walaupun dapat dijumpai tegakan alam yaitu Cemara Gunung (Casuarina junghuhniana) namun jumlahnya sangat sedikit dan tumbuh secara sporadis pada lokasi-lokasi yang sulit dicapai. Tanaman Pinus (Pinus merkusii) yang ditanam pada tahun 1966/1967 merupakan tanaman yang berasal dari permudaan pohon-pohon induk yang ditanam pada masa Hindia Belanda, tetapi karena adanya bencana alam gunung meletus, maka permudaan tersebut tidak banyak jumlahnya.
Pada blok-blok tanaman dimana tanaman campuran yang terdiri jenis Pinus (Pinus merkusii), Ampupu (Eucalyptus urophylla) dan Puspa (Schima noronhae). Pada areal sekitar enklave sampai ke a rah perbatasan Desa Suter terlihat dominasi tegakan Ampupu dengan diameter yang bervariasi diantara tegakan Pi nus dan Puspa.
Fauna
Dari hasil perjumpaan satwa mamalia terdiri dari:
Kijang (Muntiacus muntjak), Landak (Hystrix javanica) serta Trenggiling (Manis javanica). Sedangkan jenis aves yang dijumpai seperti Elang Laut (Haliaeetus leucogaster), Elang Brontok (Spizaetus cirrhatus), Ayam Hutan (Gallus sp), Tekukur (Streptopeliachinensis), Prenjak (Prinia familiaris), Kepodang (Oriolus chinensis).
PETA KAWASAN