GRADING PENDAKIAN: GUNUNG BATUR TETAP RAMAH UNTUK PEMULA.
Mendaki belakangan ini menjadi populer dikalangan masyarakat khususnya gen-Z, banyak orang yang ikut karena FOMO (Fear of Missing Out) tanpa persiapan yang memadai. Tragedi meninggal dunianya wisatawan asing asal Brasil yaitu Juliana Marins, saat mendaki Gunung Rinjani pada Juni 2025, menjadi duka dikalangan pendaki, sekaligus membuka mata orang banyak bahwa mendaki gunung bukan aktivitas sepele, serta tidak semua gunung cocok didaki oleh pemula. Hal ini menjadikan sistem grading pendakian menjadi penting.
Apa Itu Grading Pendakian?
Grading pendakian adalah sistem penilaian tingkat kesulitan suatu jalur atau gunung. Penilaian ini mempertimbangkan faktor – faktor seperti panjang jalur, ketinggian, medan (tanah, bebatuan, dan pasir), hingga resiko cuaca. Dengan memahami grading, pendaki pemula bisa menyesuaikan kemampuan fisik dan pengalaman mereka dengan gunung yang hendak didaki.
Dasar sistem grading jalur pendakian di Indonesia saat ini berupa “Modul Grading Jalur Pendakian Gunung di Kawasan TN dan TWA”, yang diterbitkan oleh Kementerian Kehutanan pada Agustus 2025. Adanya modul ini, diharapkan Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) pengelola pendakian dapat membangun tata kelola pendakian yang bertanggung jawab, aman, dan berkelanjutan, sekaligus memberikan manfaat bagi pelestarian alam dan pemberdayaan masyarakat sekitar.
Katagori Grading Pendakian
Secara umum, grading dibagi dalam beberapa level:
Grade 1 (Mudah) : Jalur pendek, jelas, minim risiko. Cocok untuk pemula dengan kondisi fisik normal.
Grade 2 (Menengah) : Jalur agak panjang dengan tanjakan dan medan berpasir atau berbatu. Butuh stamina lebih.
Grade 3 (Sulit) : Jalur panjang, cuaca tidak menentu, medan curam. Perlu pengalaman dan persiapan fisik matang.
Grade 4 (Sangat Sulit) : Membutuhkan peralatan teknis dan waktu tempuh lama. Risiko tinggi.
Grade 5 (Ekstrem) : Jalur teknis profesional, memerlukan keterampilan panjat, logistik besar, serta daya tahan luar biasa.
Gunung Batur, Ramah Pemula Tapi Jangan Disepelekan
Gunung Batur di Kintamani, Bali, menjadi salah satu gunung paling populer bagi wisatawan dan pendaki pemula. Dengan ketinggian 1.717 mdpl, jalurnya bisa ditempuh hanya 1,5–2 jam dari basecamp hingga puncak.
Berdasarkan kriteria grading, Gunung Batur masuk kategori Grade 1–2 (Mudah–Menengah). Medannya berupa tanah berpasir dan batuan vulkanik. Tidak ada jurang ekstrem, tetapi pasir di jalur bisa membuat langkah mudah terpeleset, terutama saat turun. Selain itu, udara di puncak Gunung Batur bisa sangat dingin menjelang pagi. Artinya, meski ramah untuk pemula, Gunung Batur tetap menuntut persiapan: sepatu gunung yang layak, air minum cukup, pakaian hangat, serta kondisi fisik yang prima.
Penting diketahui, Gunung Batur merupakan salah satu kawasan konservasi yang dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali. Hal ini menjadikan pengelolaan pendakiannya tidak hanya berorientasi pada keselamatan pengunjung, tetapi juga pada keberlanjutan ekosistem. Upaya peningkatan kualitas manajemen pendakian terus dilakukan, seperti penataan jalur, pengaturan kapasitas pendaki, hingga kerja sama dengan masyarakat lokal sebagai pemandu resmi.
Sistem grading pendakian menjadi panduan penting bagi para pendaki. Gunung Batur memang termasuk ramah untuk pemula, namun membutuhkan sikap hati-hati dan persiapan yang matang. Mendaki seharusnya tidak hanya mengejar tren atau sekedar konten media sosial, tetapi juga menjadi pengalaman untuk menghargai diri sendiri, alam dan keselamatan. Dengan memahami grading dan mematuhi aturan pengelolaan, pendakian bisa menjadi kegiatan aman sekaligus berkesan.